Dalam
Basis Data dikenal beberapa siklus atau alur yang biasanya digunakan, yaitu
siklus kehidupan sistem informasi yang sering disebut juga sebagai macro life cycle, dan siklus kehidupan
basis data atau micro life cycle. Proses
perancangan basis data merupakan bagian dari siklus hidup sistem informasi. Perbedaan
macro life cycle dengan micro life cycle terletak pada
tahapan-tahapannya. Berikut adalah perbedaan antara macro life cycle dan macro
life cycle:
A.SIKLUS KEHIDUPAN SISTEM INFORMASI SEBAGAI SIKLUS
KEHIDUPAN MAKRO
1.
Analisa
Kelayakan
Tahapan ini memfokuskan
padapenganalisaan areal aplikasi yang unggul, mengidentifikasi pengumpulan
informasi dari penyebarannya, mempelajari keuntungan dan kerugian, penentuan kompleksitas
data dari proses, dan menentukan prioritas aplikasi yang akan digunakan.
2.
Analisa dan
Pengumpulan Kebutuhan Pengguna
Kebutuhan-kbutuhan yang detail
dikumpulkan dengan berinteraksi pada sekelompok user atau user individu,
mengidentifikasi masalah yang ada dan kebutuhan-kebutuhannya, ketergantungan
antar aplikasi, komunikasi dan prosedur laporan.
3.
Perancangan/Software Design
Perancangan dibagi menjadi dua,
yaitu perancangan sistem database dan
perancangan sitem aplikasi.
4.
Implementasi
Mengimplemantasikan sitem
informasi dengan database yang ada.
5.
Pengujian/Testing
Sebelum sistem
informasi dapat digunakan, maka harus dilakukan pengujian terlebih dulu. Akan
bisa menghemat biaya bila dapat menangkap adanya masalah sebelum sistem
tersebut ditetapkan. Sebagian pengujian dilakukan oleh pemrogram sendiri, dan
lainnya dilakukan oleh penganalisis sistem. Rangkaian pengujian ini
pertama-tama dijalankan bersama-sama dengan data contoh serta dengan data
aktual dari sistem yang telah ada. Mempertahankan sistem dan dokumentasinya
dimulai di tahap ini dan dilakukan secara rutin selama sistem informasi
dijalankan.
6.
Pemeliharaan
Pengoperasian sistem setelah
dilakukan pengujian disertai dengan pengawasan dan pemeliharaan sistem.
7.
Evolusi
Sistem Informasi
tidak serta merta langsung menjadi sebuah sistem yang seperti kita rasakan saat
ini melainkan ada tahapan-tahapan perkembangan dari sistem yang terfokus untuk
menghimpun,menyimpan dan memproses data saja sampai terciptanya sistem yang
mengelola data tersebut menjadi sebuah informasi .
B.SIKLUS KEHIDUPAN DATABASE SEBAGAI SIKLUS
KEHIDUPAN MIKRO
Hal yang penting adalah mengetahui
langkah-langkah siklus hidup aplikasi database dapat tidak
berurutan, tetapi melibatkan beberapa langkah pegulangan yang biasanya disebut
sebagai feedback loop. Sebagai contoh: masalah-masalah yang ditemui
selama perancangan database mungkin harus mengumpulkan dan
menganalisis kebutuhan-kebutuhan tambahan. Seperti yang digambarkan terdapat feedback loop di antara langkah-langkah
yang sering terjadi.
Pada
database yang digunakan oleh single user atau hanya beberapa user saja, perancangan database tidak sulit. Tetapi jika ukuran
database yang sedang atau besar
(25-ratusan user yang berisikan
jutaan bytes informasi dan melibatkan
ratusan query dan program-program aplikasi, contoh: industri-industri,
asuransi, hotel, dan travel yang seluruhnya tergantung pada kesuksesan dari
operasi-operasi databasenya),
perancangan database menjadi sangat
kompleks. Oleh karena itu para pemakai mengharapkan penggunaan database yang sedemikian rupa sehingga
sistem harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan seluruh user tersebut.
Aktivitas-aktivitas
yang berhubungan dengan database
sebagai micro life cycle, termasuk
fase-fasenya sebagai berikut:
1.
Database Planning
Pada tahap ini kita menentukan model data dari basis
data yang ingin dikembangkan. Di aktifitas ini akan disusun bagaimana
langkah-langkah siklus hidup dapat direalisasikan secara lebih efektif dan
efisien. Tahap ini biasanya dimulai dengan mendefinisikan “mission statement” dan “mission
objectives”. Mission statement
berisikan tujuan utama dari penerapan sistem basis data. Ini akan membantu
menjelaskan maksud dari diadakannya proyek pengembangan sistem basis data ini. Sedangkan
mission objectives berisikan
identifikasi terhadap hal-hal atau tugas tertentu yang bisa didukung oleh basis
data. Selain itu dalam tahap database planning ini juga mencakup
tentang hal-hal yang akan menjadi standar seperti bagaimana data data akan
didapatkan, bagaimana format yang akan digunakan atau ditentukan, dokumentasi
apa yang dipelukan, bagaimana desain/perancangan dan implementasi akan
dilakukan.
2.
System Definition
System definition adalah proses menspesifikasikan ruang lingkup atau batasan dari
aplikasi sistem basis data dan user-views
utama. Yang dimaksud “user-view”
adalah apa yang diperlukan dari suatu sistem basis data dari sudut pandang
fungsi/peran pekerjaan seseorang dan area pekerjaan atau department. Dalam pengembangan sistem basis data, user-view bisa saja berisi satu user-view atau bisa juga banyak user-view, tergantung pada kompleksitas
sistem yang akan dibangun. Dengan mendefinisikan user-view (jika ada lebih dari satu), desainer basis data akan
terbantu untuk memastikan bahwa tidak ada user
yang terlupakan dalam membuat requirement
dalam sistem basis data yang sedang dikembangkan.
3.
Design
Database design adalah proses pembuatan rancangan sistem basis data yang mendukung visi
dan misi perusahaan. Terdapat tiga tahapan dalam proses merancang sistem basis
data, yaitu konseptual, logikal, dan fisik.
4. Implementation
Implementation adalah realisasi fisik dari sistem basis data dan perancangan aplikasi,
pemrosesan dari penulisan definisi database
secara konseptual, eksternal dan internal, pembuatan file-file database yang
kosong, dan implementasi aplikasi software.
5. Loading atau Data Conversion
Loading atau data conversion adalah proses mengambil
data dari sistem yang lama (bila ada sistem lama) ke sistem yang baru, dan
kemudian mengorvensi data untuk diaplikasikan ke sistem yang baru. Bila tidak
ada peralihan sistem lama ke sistem baru, maka akan menggunakan data yang baru.
6.
Application
Conversion
Beberapa aplikasi software dari suatu sistem sebelumnya dikonversikan ke suatu sitem
yang baru.
7. Testing dan Validation
Testing dan validation
adalah proses mengeksekusi program untuk menemukan kesalahan. Sistem yang baru
harus dites dan diuji kebenarannya.
8.
Operation
Operasi-operasi pada sistem database dan aplikasi-aplikasinya.
9.
Monitoring
and Maintanance
Selama fase operasi,
sistem secara konstan memonitor dan memelihara database. Pertambahan dan pengembangan data dan aplikasi-aplikasi software dapat terjadi. Modifikasi dan
pengaturan kembali database mungkin
diperlukan dari waktu ke waktu.
Langkah
ke-3 disebut juga perancangan database. Langkah tiga, empat, dan lima merupakan
bagian dari fase design dan implementation pada siklus kehidupan
sistem informasi macro. Pada umumnya database pada organisasi menjalani
seluruh aktifitas siklus kehidupan di atas. Langkah lima dan enam tidak berlaku
jika database dan
aplikasi-aplikasinya baru. Berikut adalah enam Fase proses perancangan database
:
1. Pengumpulan
data dan analisis,
2. Perancangan
database secara konseptual,
3. Pemilihan
DBMS,
4. Perancangan
database secara logika (model data mapping),
5. Perancangan
database secara fisik,
6. Implementasi
sistem database.
Secara
khusus proses perancangan berisikan dua aktifitas paralel. Aktifitas yang
pertama melibatkan perancangan dari isi data dan struktur database, sedangkan aktifitas kedua mengenai perancangan pemrosesan
database dan aplikasi-aplikasi
perangkat lunak. Dua aktifitas ini saling berhubungan, misalnya : kita dapat
mengidentifikasikan data item yang
akan disimpan dalam database dengan
menganalisa aplikasi-aplikasi database.
Dua aktifitas ini juga saling mempengaruhi satu sama lain. Contohnya : fase
perancangan database secara fisik,
pada saat kita memilih struktur penyimpanan dan jalur-jalur akses dari file-file database yang tergantung pada
aplikasi-aplikasi yang akan menggunakan file-file
tersebut.
Di
lain pihak, kita biasanya menentukan perancangan aplikasi-aplikasi database dengan mengarah kepada
konstruksi skema database yang telah
ditentukan selama aktifitas yang pertama. Enam fase di atas tidak harus
diproses berurutan. Pada beberapa hal, rancangan tersebut dapat dimodifikasi
dari yang pertama dan sementara itu mengerjakan fase yang terakhir (feedback loop antara fase) dan feedback loop dalam fase sering terjadi
selama proses perancangan. Fase satu merupakan kumpulan informasi yang
berhubungan dengan penggunaan database.
Fase enam merupakan implementasi database.
Fase satu dan fase enam kadang-kadang bukan merupakan bagian dari perancangan database, tetapi merupakan bagian dari
siklus kehidupan sistem informasi secara umum. Inti dari proses perancangan
database adalah fase dua, empat, dan lima.
1.
Fase
satu: Pengumpulan Data dan Analisa
Sebelum
merancang suatu database, yang harus
dilakukan adalah mengetahui dan menganalisis apa yang diinginkan user, sehingga proses ini disebut
pengumpulan data dan analisis. Untuk menspesifikasikan kebutuhan, yang pertama
kali dilakukan adalah mengidentifikasi bagian lain di dalam sistem informasi
yang berinteraksi dengan sistem database.
Termasuk pengguna yang baru atau yang sudah lama juga aplikasinya,
kebutuhan-kebutuhan tersebut dikumpulkan dan dianalisa. Teknik yang digunakan dalam
penspesifikasian kebutuhan secara formal adalah OOA (Object Oriented Analysis), DFD (Data
Flow Diagram), HIPO (Hierarchical
Input Process Output), dan SADT (Structured
Analysis & Design). Aktivitas-aktivitas pengumpulan data dan analisa:
a.
Menentukan
Kelompok Pemakai dan Bidang-Bidang Aplikasinya
Menentukan
aplikasi utama dan kelompok user yang
akan menggunakan database. Individu utama
pada tiap-tiap kelompok pemakai dan bidang aplikasi yang telah dipilih
merupakan peserta utama pada langkah-langkah berikutnya dari pengumpulan dan
spesifikasi data.
b.
Peninjuan
Dokumentasi yang Ada
Dokumen yang ada berhubungan dengan
aplikasi-aplikasi dipelajari dan dianalisa. Dokumen-dokumen lainnya (seperti:
kebijaksanaan-kebijaksanaan, form, report,
dan bagan organisasi) diuji dan ditinjau kembali untuk menguji apakah
dokumen-dokumen tersebut berpengaruh terhadap kumpulan data dan proses
spesifikasi.
c.
Analisa
Lingkungan Operasi dan Pemrosesan Data
Berisi informasi yang sekarang dan
yang akan datang dipelajari. Termasuk juga analisa jenis-jenis transaksi
beserta frekuensi-frekuensi transaksinya, dan juga arus informasi dalam sistem.
Input Output data untuk
transaksi-transaksi tersebut diperinci.
d.
Daftar
Pertanyaan dan Wawancara
Tuliskan tanggapan-tanggapan dari
pertanyaan-pertanyaan yang telah dikumpulkan dari para pemakai database yang berpotensi. Ketua kelompok
(individu utama) dapat diwawancarai sehingga input yang banyak dapat diterima dari mereka dengan memperhatikan
informasi yang berharga dari mengadakan prioritas.
2.
Fase
dua: Perancangan database secara
konseptual
Tujuan
dari fase ini adalah menghasilkan conceptual
schema untuk database yang
tergantung pada sebuah DBMS yang spesifik. Sering menggunakan sebuah high-level
data model seperti ER/EER model selama fase ini. Dalam conceptual schema, kita harus memerinci aplikasi-aplikasi database yang diketahui dan transaksi-transaksi
yang mungkin. Fase perancangan database secara konseptual mempunyai dua
aktifitas paralel yaitu:
a.
Perancangan
Skema Konseptual
Menguji kebutuhan-kebutuhan data dari
suatu database yang merupakan hasil dari fase satu dan menghasilkan sebuah conceptual database schema pada DBMS independent model data tingkat tinggi
seperti EER (enhanced entity relationship)
model. Skema ini dapat dihasilkan dengan menggabungkan bermacam-macam kebutuhan
user dan secara langsung membuat
skema database atau dengan merancang
skema-skema yang terpisah dari kebutuhan tiap-tiap user dan kemudian menggabungkan skema-skema tersebut. Model data
yang digunakan pada perancangan skema konseptual adalah DBMS-independent, dan langkah selanjutnya adalah memilih sebuah
DBMS untuk melaksanakan rancangan tersebut.
b.
Perancangan
Transaksi
Menguji aplikasi-aplikasi database dimana kebutuhan-kebutuhannya
telah dianalisa pada fase satu, dan menghasilkan perincian transaksi-transaksi
ini. Kegunaan fase ini yang diproses secara paralel bersama fase perancangan
skema konseptual adalah untuk merancang karakteristik dari transaksi-transaksi database yang telah diketahui pada suatu
DBMS-independent. Transaksi-transaksi
ini akan digunakan untuk memproses dan memanipulasi database suatu saat dimana database
tersebut dilaksanakan.
3.
Fase
tiga: Pemilihan DBMS
Pemilihan
database ditentukan oleh beberapa
faktor, diantaranya : faktor teknik, ekonomi, dan politik organisasi. Contoh
faktor teknik : keberadaan DBMS dalam menjalankan tugasnya seperti jenis-jenis
DBMS (relational, network, hierarchical), struktur penyimpanan, dan jalur akses yang mendukung
DBMS, pemakai.
Faktor-faktor
ekonomi dan organisasi yang mempengaruhi satu sama lain dalam pemilihan DBMS :
a. Struktur
data Jika data yang disimpan dalam database mengikuti struktur hirarki, maka
suatu jenis hirarki dari DBMS harus dipikirkan,
b. Personal
yang telah terbiasa dengan suatu sistem Jika staf programmer dalam suatu
organisasi sudah terbiasa dengan suatu DBMS, maka hal ini dapat mengurangi biaya
latihan dan waktu belajar,
c. Tersedianya
layanan penjual Keberadaan fasilitas pelayanan penjual sangat dibutuhkan untuk
membantu memecahkan beberapa masalah sistem.
Berikut adalah langkah-langkah utama dalam memilih DBMS:
a.
Menggambarkan cakupan tugas berdasarkan
kebutuhan perusahaan,
b.
Membandingkan dua atau tiga produk DBMS,
c.
Mengevaluasi produk-produk DBMS tersebut,
d.
Merekomendasikan pemilihan DBMS dan
membuat laporan hasil dari evaluasi produk DBMS tersebut.
4. Fase empat: Perancangan database secara logika
Fase
selanjutnya dari perancangan database
adalah membuat sebuah skema konseptual dan skema eksternal pada model data dari
DBMS yang terpilih. Fase ini dilakukan oleh pemetaan skema konseptual dan skema
eksternal yang dihasilkan pada fase dua.
Pada
fase ini, skema konseptual ditransformasikan dari model data tingkat tinggi
yang digunakan pada fase dua ke dalam model data dari DBMS yang dipilih pada
fase tiga. Pemetaannya dapat diproses dalam 2 tingkat yaitu:
a.
Pemetaan
system-independent adalah pemetaan ke dalam model data DBMS
dengan tidak mempertimbangkan karakteristik atau hal-hal yang khusus yang
berlaku pada implementasi DBMS dari model data tersebut,
b.
Penyesuaian
skema ke DBMS yang spesifik adalah pengaturan skema yang
dihasilkan pada langkah satu untuk disesuaikan pada implementasi yang khusus di
masa yang akan datang dari suatu model data yang digunakan pada DBMS yang
dipilih. Hasil dari fase ini memakai perintah-perintah DDL dalam bahasa DBMS
yang dipilih yang menentukan tingkat skema konseptual dan eksternal dari sistem
database. Tetapi dalam beberapa hal, perintah-perintah DDL memasukkan
parameter-parameter rancangan fisik sehingga DDL yang lengkap harus menunggu
sampai fase perancangan database secara fisik telah lengkap. Fase ini dapat
dimulai setelah pemilihan sebuah implementasi model data sambil menunggu DBMS
yang spesifik yang akan dipilih. Contoh: jika memutuskan untuk menggunakan
beberapa relational DBMS tetapi belum
memutuskan suatu relasi yang utama. Rancangan dari skema eksternal untuk
aplikasiaplikasi yang spesifik seringkali sudah selesai selama proses ini.
5.
Fase
5: Perancangan Database Secara Fisik
Perancangan
database secara fisik merupakan
proses pemilihan struktur-struktur penyimpanan dan jalur-jalur akses pada
file-file database untuk mencapai penampilan yang terbaik pada bermacam-macam
aplikasi. Selama fase ini, dirancang spesifikasi-spesifikasi untuk database yang disimpan yang berhubungan
dengan struktur-struktur penyimpanan fisik, penempatan record dan jalur akses. Berhubungan dengan internal schema (pada istilah tiga level arsitektur DBMS). Beberapa
petunjuk dalam pemilihan perancangan database secara fisik:
a.
Response
Time adalah waktu yang telah berlalu dari suatu
transaksi database yang diajukan
untuk menjalankan suatu tanggapan. Pengaruh utama pada response time adalah di bawah pengawasan DBMS yaitu waktu akses database untuk data item yang ditunjuk oleh suatu transaksi. Response time juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak
berada di bawah pengawasan DBMS, seperti penjadwalan sistem operasi atau
penundaan komunikasi,
b.
Space
Utility adalah jumlah ruang penyimpanan yang digunakan oleh file-file database dan struktur jalur
akses,
c.
Transaction Throughput adalah rata-rata jumlah transaksi yang dapat
diproses per menit oleh sistem database
dan merupakan parameter kritis dari sistem transaksi (misal : digunakan pada
pemesanan tempat di pesawat, bank). Hasil dari fase ini adalah penentuan awal
dari struktur penyimpanan dan jalur akses untuk file-file database.
6. Fase enam: Implementasi Sistem Database
Setelah
perancangan secara logika dan secara fisik lengkap, kita dapat melaksanakan
sistem database. Perintah-perintah
dalam DDL dan SDL (storage definition
language) dari DBMS yang dipilih, dihimpun dan digunakan untuk membuat
skema database dan file-file database yang kosong. Sekarang
database tersebut dimuat atau disatukan
dengan datanya.
Jika
data harus diubah dari sistem komputer sebelumnya, perubahan-perubahan yang
rutin mungkin diperlukan untuk format ulang datan yang kemudian dimasukkan ke database yang baru. Transaksi-transaksi database sekarang harus dilaksanakan
oleh para programmer aplikasi.
Spesifikasi
secara konseptual diuji dan dihubungkan dengan kode program dengan
perintah-perintah dari embedded DML
yang telah ditulis dan diuji. Suatu saat transaksi tersebut telah siap dan data
telah dimasukkan ke dalam database,
maka fase perancangan dan implementasi telah selesai, dan kemudian fase
operasional dari sistem database
dimulai.
Sebuah sistem database merupakan komponen dasar sistem
informasi organisasi yang lebih besar. Oleh karena itu siklus hidup aplikasi database berhubungan dengan siklus hidup
sistem informasi. Siklus kehidupan sistem informasi merupakan macro lifecycle sementara itu siklus
kehidupan database merupakan micro lifecycle.
Aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan database sebagai micro life cycle dan termasuk
fase-fasenya diantaranya system
definition, design, implementation, loading atau data conversion, application
conversion, testing dan validation, operation, monitoring dan maintenance.
Proses perancangan database merupakan
bagian dari micro lifecycle.
Sedangkan kegiatan-kegiatan yang terdapat di dalam proses tersebut diantaranya
pengumpulan data dan analisis, perancangan database
secara konseptual, pemilihan DBMS, perancangan database secara logika (data model mapping), perancangan database
secara fisik, dan implementasi sistem database.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar